foto di atas adalah salah satu areal tambak garam .
Abstrak : Garam adalah
salah satu bahan yang merupakan pelengkap dari kebutuhan pangan dan
berfungsi sebagai sumber elektrolit bagi tubuh manusia. Walaupun
Indonesia termasuk Negara maritim, namun usaha meningkatkan produksi
garam belum diminati, termasuk dalam usaha meningkatkan kualitasnya. Di
lain pihak untuk kebutuhan garam dengan kualitas baik (kandungan kalsium
dan magnesium rendah) banyak diimpor dari luar negeri, terutama dalam
hal ini garam konsumsi beryodium.
Di sisi lain kebutuhan biomas Artemia untuk pakan larva udang dan ikan
terus meningkat sejalan dengan meningkatnya industri perbenihan ikan dan
udang di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengembangan
industry tambak garam terpadu untuk menghasilkan garam berkualitas
tinggi (kadar NaCl > 95% SNI) dan biomass artemia super (kaya nutrisi
dan bebas virus) sebagai upaya mengurangi ketergantungan terhadap
import garam dan kista Artemia.
Secara umum, tujuan penelitian tahun pertama ini adalah untuk
menghasilkan model proses dan teknologi produksi garam dan biomas
Artemia kualitas super. Produk yang akan dihasilkan dalam penelitian ini
adalah garam konsumsi berkualitas tinggi (kadar NaCl > 95% SNI) dan
biomas Artemia kualitas super sebagai pakan untuk larva benur udang dan
ikan. Sehingga dengan demikian ada dua produk sekaligus yang dapat
dikembangkan dalam industri tambak garam terpadu. Dalam proses produksi
garam dapu (konsumsi), sebelum tahap kristalisasi (> 250 ppt), air
media salinitas 100-120 ppt pada tahapan proses pembuatan garam dapat
dimanfaatkan juga sebagai media pertumbuhan Artemia Teknologi produksi
garam konsumsi kualitas super (high grade) dengan kandungan NaCl diatas
SNI (94,7%) dikaji melalui berbagai metoda percobaan di lapangan. Metoda
fisika, kimia, dan perpaduan biologi-fisika dalam teknologi produksi
garam konsumsi dalam riset ini dilakukan.
Kualitas produk hasil percobaan ini dibandingkan dengan produk hasil
proses produksi garam secara tradisional yang dilakukan oleh para
penggarap/petani garam selama ini. Areal tambak garam percobaan seluas
3000 m2 yang terdiri dari 2000 m2 petakan evaporasi (penuaan air) dan
1000 m2 petakan produksi (meja kristalisasi) digunakan untuk studi ini.
Kolam tandon (stok air) bersalinitas 100-120 ppt seluas 3000 m2
sekaligus untuk kolam produksi biomas artemia dan kolam tandon air laut
digunakan sebagai sumber air untuk produksi garam. Perlakuan fisika
dalam proses produksi garam berkualitas diterapkan dengan memasang
plastic HDPE hitam (tebal 0,75 mm) seluas 900 m2 yang berfungsi sebagai
lapisan dasar petakan sedimentasi (evaporasi) dan meja garam
(kristalisasi)
Kunjungi sumbernya di: http://kuliah-ikan.blogspot.com/2011/01/jurnal-pengembangan-industri-tambak.html
Garam adalah salah satu bahan yang merupakan pelengkap dari kebutuhan pangan dan berfungsi sebagai sumber elektrolit bagi tubuh manusia. Walaupun Indonesia termasuk Negara maritim, namun usaha meningkatkan produksi garam belum diminati, termasuk dalam usaha meningkatkan kualitasnya. Di lain pihak untuk kebutuhan garam dengan kualitas baik (kandungan kalsium dan magnesium rendah) banyak diimpor dari luar negeri, terutama dalam hal ini garam konsumsi beryodium. Di sisi lain kebutuhan biomas Artemia untuk pakan larva udang dan ikan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya industri perbenihan ikan dan udang di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengembangan industry tambak garam terpadu untuk menghasilkan garam berkualitas tinggi (kadar NaCl > 95% SNI) dan biomass artemia super (kaya nutrisi dan bebas virus) sebagai upaya mengurangi ketergantungan terhadap import garam dan kista Artemia. Secara umum, tujuan penelitian tahun pertama ini adalah untuk menghasilkan model proses dan teknologi produksi garam dan biomas Artemia kualitas super. Produk yang akan dihasilkan dalam penelitian ini adalah garam konsumsi berkualitas tinggi (kadar NaCl > 95% SNI) dan biomas Artemia kualitas super sebagai pakan untuk larva benur udang dan ikan. Sehingga dengan demikian ada dua produk sekaligus yang dapat dikembangkan dalam industri tambak garam terpadu. Dalam proses produksi garam dapu (konsumsi), sebelum tahap kristalisasi (> 250 ppt), air media salinitas 100-120 ppt pada tahapan proses pembuatan garam dapat dimanfaatkan juga sebagai media pertumbuhan Artemia Teknologi produksi garam konsumsi kualitas super (high grade) dengan kandungan NaCl diatas SNI (94,7%) dikaji melalui berbagai metoda percobaan di lapangan. Metoda fisika, kimia, dan perpaduan biologi-fisika dalam teknologi produksi garam konsumsi dalam riset ini dilakukan. Kualitas produk hasil percobaan ini dibandingkan dengan produk hasil proses produksi garam secara tradisional yang dilakukan oleh para penggarap/petani garam selama ini. Areal tambak garam percobaan seluas 3000 m2 yang terdiri dari 2000 m2 petakan evaporasi (penuaan air) dan 1000 m2 petakan produksi (meja kristalisasi) digunakan untuk studi ini. Kolam tandon (stok air) bersalinitas 100-120 ppt seluas 3000 m2 sekaligus untuk kolam produksi biomas artemia dan kolam tandon air laut digunakan sebagai sumber air untuk produksi garam. Perlakuan fisika dalam proses produksi garam berkualitas diterapkan dengan memasang plastic HDPE hitam (tebal 0,75 mm) seluas 900 m2 yang berfungsi sebagai lapisan dasar petakan sedimentasi (evaporasi) dan meja garam (kristalisasi).
Kunjungi sumbernya di: http://kuliah-ikan.blogspot.com/2011/01/jurnal-pengembangan-industri-tambak.html
Garam adalah salah satu bahan yang merupakan pelengkap dari kebutuhan pangan dan berfungsi sebagai sumber elektrolit bagi tubuh manusia. Walaupun Indonesia termasuk Negara maritim, namun usaha meningkatkan produksi garam belum diminati, termasuk dalam usaha meningkatkan kualitasnya. Di lain pihak untuk kebutuhan garam dengan kualitas baik (kandungan kalsium dan magnesium rendah) banyak diimpor dari luar negeri, terutama dalam hal ini garam konsumsi beryodium. Di sisi lain kebutuhan biomas Artemia untuk pakan larva udang dan ikan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya industri perbenihan ikan dan udang di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengembangan industry tambak garam terpadu untuk menghasilkan garam berkualitas tinggi (kadar NaCl > 95% SNI) dan biomass artemia super (kaya nutrisi dan bebas virus) sebagai upaya mengurangi ketergantungan terhadap import garam dan kista Artemia. Secara umum, tujuan penelitian tahun pertama ini adalah untuk menghasilkan model proses dan teknologi produksi garam dan biomas Artemia kualitas super. Produk yang akan dihasilkan dalam penelitian ini adalah garam konsumsi berkualitas tinggi (kadar NaCl > 95% SNI) dan biomas Artemia kualitas super sebagai pakan untuk larva benur udang dan ikan. Sehingga dengan demikian ada dua produk sekaligus yang dapat dikembangkan dalam industri tambak garam terpadu. Dalam proses produksi garam dapu (konsumsi), sebelum tahap kristalisasi (> 250 ppt), air media salinitas 100-120 ppt pada tahapan proses pembuatan garam dapat dimanfaatkan juga sebagai media pertumbuhan Artemia Teknologi produksi garam konsumsi kualitas super (high grade) dengan kandungan NaCl diatas SNI (94,7%) dikaji melalui berbagai metoda percobaan di lapangan. Metoda fisika, kimia, dan perpaduan biologi-fisika dalam teknologi produksi garam konsumsi dalam riset ini dilakukan. Kualitas produk hasil percobaan ini dibandingkan dengan produk hasil proses produksi garam secara tradisional yang dilakukan oleh para penggarap/petani garam selama ini. Areal tambak garam percobaan seluas 3000 m2 yang terdiri dari 2000 m2 petakan evaporasi (penuaan air) dan 1000 m2 petakan produksi (meja kristalisasi) digunakan untuk studi ini. Kolam tandon (stok air) bersalinitas 100-120 ppt seluas 3000 m2 sekaligus untuk kolam produksi biomas artemia dan kolam tandon air laut digunakan sebagai sumber air untuk produksi garam. Perlakuan fisika dalam proses produksi garam berkualitas diterapkan dengan memasang plastic HDPE hitam (tebal 0,75 mm) seluas 900 m2 yang berfungsi sebagai lapisan dasar petakan sedimentasi (evaporasi) dan meja garam (kristalisasi).
Garam adalah salah satu bahan yang merupakan
pelengkap dari kebutuhan pangan dan berfungsi sebagai sumber elektrolit bagi
tubuh manusia. Walaupun Indonesia termasuk Negara maritim, namun usaha
meningkatkan produksi garam belum diminati, termasuk dalam usaha meningkatkan
kualitasnya.
Di lain pihak untuk kebutuhan garam dengan kualitas baik
(kandungan kalsium dan magnesium rendah) banyak diimpor dari luar negeri,
terutama dalam hal ini garam konsumsi beryodium. Di sisi lain kebutuhan biomas
Artemia untuk pakan larva udang dan ikan terus meningkat sejalan dengan
meningkatnya industri perbenihan ikan dan udang di Indonesia.
Namun, saat ini pemerintah lebih banyak ekspor garam sehingga menjadikan harga garam lokal anjlok .
Garam adalah salah
satu bahan yang merupakan pelengkap dari kebutuhan pangan dan berfungsi
sebagai sumber elektrolit bagi tubuh manusia. Walaupun Indonesia
termasuk Negara maritim, namun usaha meningkatkan produksi garam belum
diminati, termasuk dalam usaha meningkatkan kualitasnya. Di lain pihak
untuk kebutuhan garam dengan kualitas baik (kandungan kalsium dan
magnesium rendah) banyak diimpor dari luar negeri, terutama dalam hal
ini garam konsumsi beryodium.
Di sisi lain kebutuhan biomas Artemia untuk pakan larva udang dan ikan
terus meningkat sejalan dengan meningkatnya industri perbenihan ikan dan
udang di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengembangan
industry tambak garam terpadu untuk menghasilkan garam berkualitas
tinggi (kadar NaCl > 95% SNI) dan biomass artemia super (kaya nutrisi
dan bebas virus) sebagai upaya mengurangi ketergantungan terhadap
import garam dan kista Artemia.
Secara umum, tujuan penelitian tahun pertama ini adalah untuk
menghasilkan model proses dan teknologi produksi garam dan biomas
Artemia kualitas super. Produk yang akan dihasilkan dalam penelitian ini
adalah garam konsumsi berkualitas tinggi (kadar NaCl > 95% SNI) dan
biomas Artemia kualitas super sebagai pakan untuk larva benur udang dan
ikan. Sehingga dengan demikian ada dua produk sekaligus yang dapat
dikembangkan dalam industri tambak garam terpadu. Dalam proses produksi
garam dapu (konsumsi), sebelum tahap kristalisasi (> 250 ppt), air
media salinitas 100-120 ppt pada tahapan proses pembuatan garam dapat
dimanfaatkan juga sebagai media pertumbuhan Artemia Teknologi produksi
garam konsumsi kualitas super (high grade) dengan kandungan NaCl diatas
SNI (94,7%) dikaji melalui berbagai metoda percobaan di lapangan. Metoda
fisika, kimia, dan perpaduan biologi-fisika dalam teknologi produksi
garam konsumsi dalam riset ini dilakukan.
Kualitas produk hasil percobaan ini dibandingkan dengan produk hasil
proses produksi garam secara tradisional yang dilakukan oleh para
penggarap/petani garam selama ini. Areal tambak garam percobaan seluas
3000 m2 yang terdiri dari 2000 m2 petakan evaporasi (penuaan air) dan
1000 m2 petakan produksi (meja kristalisasi) digunakan untuk studi ini.
Kolam tandon (stok air) bersalinitas 100-120 ppt seluas 3000 m2
sekaligus untuk kolam produksi biomas artemia dan kolam tandon air laut
digunakan sebagai sumber air untuk produksi garam. Perlakuan fisika
dalam proses produksi garam berkualitas diterapkan dengan memasang
plastic HDPE hitam (tebal 0,75 mm) seluas 900 m2 yang berfungsi sebagai
lapisan dasar petakan sedimentasi (evaporasi) dan meja garam
(kristalisasi)
Kunjungi sumbernya di: http://kuliah-ikan.blogspot.com/2011/01/jurnal-pengembangan-industri-tambak.html
Hak Cipta http://kuliah-ikan.blogspot.com/ Apabila anda meng-copy, mohon dicantumkan blog ini dan link-nya sebagai sumber referensi
Kunjungi sumbernya di: http://kuliah-ikan.blogspot.com/2011/01/jurnal-pengembangan-industri-tambak.html
Hak Cipta http://kuliah-ikan.blogspot.com/ Apabila anda meng-copy, mohon dicantumkan blog ini dan link-nya sebagai sumber referensi
Garam adalah salah satu
bahan yang merupakan pelengkap dari kebutuhan pangan dan berfungsi
sebagai sumber elektrolit bagi tubuh manusia. Walaupun Indonesia
termasuk Negara maritim, namun usaha meningkatkan produksi garam belum
diminati, termasuk dalam usaha meningkatkan kualitasnya. Di lain pihak
untuk kebutuhan garam dengan kualitas baik (kandungan kalsium dan
magnesium rendah) banyak diimpor dari luar negeri, terutama dalam hal
ini garam konsumsi beryodium.
Di sisi lain kebutuhan biomas Artemia untuk pakan larva udang dan ikan
terus meningkat sejalan dengan meningkatnya industri perbenihan ikan dan
udang di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengembangan
industry tambak garam terpadu untuk menghasilkan garam berkualitas
tinggi (kadar NaCl > 95% SNI) dan biomass artemia super (kaya nutrisi
dan bebas virus) sebagai upaya mengurangi ketergantungan terhadap
import garam dan kista Artemia.
Secara umum, tujuan penelitian tahun pertama ini adalah untuk
menghasilkan model proses dan teknologi produksi garam dan biomas
Artemia kualitas super. Produk yang akan dihasilkan dalam penelitian ini
adalah garam konsumsi berkualitas tinggi (kadar NaCl > 95% SNI) dan
biomas Artemia kualitas super sebagai pakan untuk larva benur udang dan
ikan. Sehingga dengan demikian ada dua produk sekaligus yang dapat
dikembangkan dalam industri tambak garam terpadu. Dalam proses produksi
garam dapu (konsumsi), sebelum tahap kristalisasi (> 250 ppt), air
media salinitas 100-120 ppt pada tahapan proses pembuatan garam dapat
dimanfaatkan juga sebagai media pertumbuhan Artemia Teknologi produksi
garam konsumsi kualitas super (high grade) dengan kandungan NaCl diatas
SNI (94,7%) dikaji melalui berbagai metoda percobaan di lapangan. Metoda
fisika, kimia, dan perpaduan biologi-fisika dalam teknologi produksi
garam konsumsi dalam riset ini dilakukan.
Kualitas produk hasil percobaan ini dibandingkan dengan produk hasil
proses produksi garam secara tradisional yang dilakukan oleh para
penggarap/petani garam selama ini. Areal tambak garam percobaan seluas
3000 m2 yang terdiri dari 2000 m2 petakan evaporasi (penuaan air) dan
1000 m2 petakan produksi (meja kristalisasi) digunakan untuk studi ini.
Kolam tandon (stok air) bersalinitas 100-120 ppt seluas 3000 m2
sekaligus untuk kolam produksi biomas artemia dan kolam tandon air laut
digunakan sebagai sumber air untuk produksi garam. Perlakuan fisika
dalam proses produksi garam berkualitas diterapkan dengan memasang
plastic HDPE hitam (tebal 0,75 mm) seluas 900 m2 yang berfungsi sebagai
lapisan dasar petakan sedimentasi (evaporasi) dan meja garam
(kristalisasi).
Kunjungi sumbernya di: http://kuliah-ikan.blogspot.com/2011/01/jurnal-pengembangan-industri-tambak.html
Hak Cipta http://kuliah-ikan.blogspot.com/ Apabila anda meng-copy, mohon dicantumkan blog ini dan link-nya sebagai sumber referensi
Kunjungi sumbernya di: http://kuliah-ikan.blogspot.com/2011/01/jurnal-pengembangan-industri-tambak.html
Hak Cipta http://kuliah-ikan.blogspot.com/ Apabila anda meng-copy, mohon dicantumkan blog ini dan link-nya sebagai sumber referensi
Garam adalah salah satu
bahan yang merupakan pelengkap dari kebutuhan pangan dan berfungsi
sebagai sumber elektrolit bagi tubuh manusia. Walaupun Indonesia
termasuk Negara maritim, namun usaha meningkatkan produksi garam belum
diminati, termasuk dalam usaha meningkatkan kualitasnya. Di lain pihak
untuk kebutuhan garam dengan kualitas baik (kandungan kalsium dan
magnesium rendah) banyak diimpor dari luar negeri, terutama dalam hal
ini garam konsumsi beryodium.
Di sisi lain kebutuhan biomas Artemia untuk pakan larva udang dan ikan
terus meningkat sejalan dengan meningkatnya industri perbenihan ikan dan
udang di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengembangan
industry tambak garam terpadu untuk menghasilkan garam berkualitas
tinggi (kadar NaCl > 95% SNI) dan biomass artemia super (kaya nutrisi
dan bebas virus) sebagai upaya mengurangi ketergantungan terhadap
import garam dan kista Artemia.
Secara umum, tujuan penelitian tahun pertama ini adalah untuk
menghasilkan model proses dan teknologi produksi garam dan biomas
Artemia kualitas super. Produk yang akan dihasilkan dalam penelitian ini
adalah garam konsumsi berkualitas tinggi (kadar NaCl > 95% SNI) dan
biomas Artemia kualitas super sebagai pakan untuk larva benur udang dan
ikan. Sehingga dengan demikian ada dua produk sekaligus yang dapat
dikembangkan dalam industri tambak garam terpadu. Dalam proses produksi
garam dapu (konsumsi), sebelum tahap kristalisasi (> 250 ppt), air
media salinitas 100-120 ppt pada tahapan proses pembuatan garam dapat
dimanfaatkan juga sebagai media pertumbuhan Artemia Teknologi produksi
garam konsumsi kualitas super (high grade) dengan kandungan NaCl diatas
SNI (94,7%) dikaji melalui berbagai metoda percobaan di lapangan. Metoda
fisika, kimia, dan perpaduan biologi-fisika dalam teknologi produksi
garam konsumsi dalam riset ini dilakukan.
Kualitas produk hasil percobaan ini dibandingkan dengan produk hasil
proses produksi garam secara tradisional yang dilakukan oleh para
penggarap/petani garam selama ini. Areal tambak garam percobaan seluas
3000 m2 yang terdiri dari 2000 m2 petakan evaporasi (penuaan air) dan
1000 m2 petakan produksi (meja kristalisasi) digunakan untuk studi ini.
Kolam tandon (stok air) bersalinitas 100-120 ppt seluas 3000 m2
sekaligus untuk kolam produksi biomas artemia dan kolam tandon air laut
digunakan sebagai sumber air untuk produksi garam. Perlakuan fisika
dalam proses produksi garam berkualitas diterapkan dengan memasang
plastic HDPE hitam (tebal 0,75 mm) seluas 900 m2 yang berfungsi sebagai
lapisan dasar petakan sedimentasi (evaporasi) dan meja garam
(kristalisasi).
Kunjungi sumbernya di: http://kuliah-ikan.blogspot.com/2011/01/jurnal-pengembangan-industri-tambak.html
Hak Cipta http://kuliah-ikan.blogspot.com/ Apabila anda meng-copy, mohon dicantumkan blog ini dan link-nya sebagai sumber referensi
Kunjungi sumbernya di: http://kuliah-ikan.blogspot.com/2011/01/jurnal-pengembangan-industri-tambak.html
Hak Cipta http://kuliah-ikan.blogspot.com/ Apabila anda meng-copy, mohon dicantumkan blog ini dan link-nya sebagai sumber referensi
hmmm nice post..
BalasHapusanugrah.student.ipb.ac.id